Selasa, 28 April 2009

Keesokan Harinya, by Alifa

Sejumlah sekolah di Balikpapan mengeluhkan pemadaman listrik di malam hari, karena hal ini menyulitkan siswa untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti ujian nasional (UN).

"Siswa belajar malam atau subuh sebelum mengikuti ujian, mereka susah kalau lampunya padam," kata Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Balikpapan Sugianto. Bayangin aja, kalo kita musti belajar seperti gambar di samping, yang hanya mengandalkan lilin, GIMANA BISA KONSENTRASI?? Saya pun pernah dalam kondisi seperti yang ada di gambar ini. Dan komentar salah satu teman saya adalah saya belajar atau menjalankan ritual pemanggilan arwah?

Menanggapi hal itu, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan, Pemerintah Kota Balikpapan akan menyurati PLN Cabang Balikpapan, untuk meminta meniadakan pemadaman listrik baik siang atau malam hari selama pelaksanaan ujian nasional.

"Kami buatkan surat siang ini, dan langsung dikirimkan kepada PLN. Paling tidak dua hari ini tidak ada pemadaman listrik," ujar Rizal.

Rizal mengungkapkan, berdasarkan pantuannya sampai hari ini, pelaksanaan UN di Balikpapan berjalan lancar. Tidak ada kendala teknis yang perlu diperhitungkan.

Itu kan kabar baiknya, nah, ini dia kabar buruknya..
Silakan menutup mata, hehehe..

Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMP di Depok diduga diwarnai dengan kebocoran kunci jawaban soal UN di kalangan siswa. WOW!!

Ditengarai kunci jawaban tersebut sengaja disebarkan oleh pihak guru kepada siswa yang ditemukan LSM Pendidikan berdasarkan informasi dari orangtua murid. Guru harusnya memberikan contoh yang baik, tapi, ternyata.. Mengapa ada guru yang seperti iniii??
Laporan tersebut diterima LSM Pendidikan Garda Pena Indonesia Cabang Kota Depok, di mana kebocoran terjadi sejak hari pertama UN tingkat SMP berlangsung.

Ketua Garda Pena Indonesia Cabang Depok Cornelis Leo Lamongi mengatakan, dia mendapatkan kunci jawaban soal Bahasa Inggris dari orangtua murid SMP Putra Bangsa, yang tidak mau diberitahukan namanya sekira pukul 07.00 WIB

"Saya ditelepon orangtua siswa itu Senin lalu bahwa SMP Putra Bangsa, Jalan Kedondong Margonda Raya, memberikan bocoran soal UN pakai kertas. Senin lalu dia kasih bocorannya lewat SMS dan sore hari. Saya inginnya dikasih yang asli dan diberikan waktu pagi hari. Dia menyanggupi," kata Cornelis

Menurut Cornelis, bocoran soal yang ditulis dalam kertas itu diberikan nggak secara langsung, tapi dimasukin ke dalem bungkus rokok & bungkus rokok itu diletakkan di halte bus di depan Bank Bukopin Jalan Margonda

"Orangtua takut hal itu membahayakan anaknya. Makanya dia tidak mau memberikan secara langsung. Saya dipandu dia melalui hp," imbuhnya

Kasi Kurikulum Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Depok Ade Sarda menjelaskan, setelah pihaknya mendapatkan laporan dari Cornelis, ia bersama tim lainnya langsung merazia SMP Putra Bangsa

Namun ketika dilakukan razia tidak ada bocoran jawabannya seperti yang dituduhkan Cornelis. "Setelah kami sidak ternyata tidak ada. Saya kira tuduhan itu bohong," tandasnya. Ini menjadi sebuah misteri..
Ada lagi yang dari Kediri..
16 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Kediri langsung dinyatakan tidak lulus dalam Ujian Nasional (UN). Pasalnya, mereka tidak masuk ujian tanpa alasan yang jelas. Parah banget kan??

Menurut keterangan Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Kediri, Muladi, dari total 5.339 siswa yang mengikuti Unas, 22 siswa tidak hadir, wew!

"Dari 22 siswa itu, 19 diantaranya dari siswa SMP. Sedangkan 3 siswa berasal dari Mts. Sedangkan 16 siswa tidak memberikan keterangan dan langsung kami nyatakan tidak lulus dan tidak bisa ikut ujian susulan," ujar Muladi
Selain itu, empat siswa dinyatakan meninggal dunia dan dua lainya dalam keadaan sakit. Untuk syarat kelulusan, menurut Muladi siswa minimal mendapat nilai 5,5 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan. "Atau minimal nilai 4 untuk dua mata pelajaran, dan lainya minimal 4,25," terangnya

Sementara Unas di Kabupaten Blitar diwarnai kesalahan cetak pada dua soal ujian pelajaran Bahasa Indonesia. Kesalahan itu membuat peserta bingung.

Kasubdin Pendidikan Lanjutan Menengah Disdik Kabupaten Blitar Isbach Salimi mengakui, ada pertanyaan yang kosong pada dua kolom mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kekosongan ini diduga kesalahan percetakan.

"Mungkin kesalahan ini hanya terjadi di Kabupaten Blitar. Karena pembagian soal per daerah dilakukan sistem paket," ujarnya saat dikonfirmasi.

Meski sudah dilaporkan ke Badan Nasional Standart Pendidikan (BNSP) selaku lembaga pembuat soal. Pihak panitia memutuskan siswa untuk mengosongi atau tidak memberikan jawaban.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar